Lepaskanlah Hijabmu
Ngomongin soal hijab dan maknanya, aku akan ajak teman teman memaknai "hijab" dari sudut pandang lain. Ini adalah karya temanku Kurniawan Gunadi berjudul Lepaskanlah Hijabmu
Dalam obrolan beberapa waktu yang lalu dengan
teman. Dalam satu bahasan kami membahas tentang cinta dan hijab dalam satu
kesatuan. Bukan mengenai hijab bagi perempuan. Namun, hijab antara manusia dan
Allah sebagai Tuhannya. Ini sangat menarik.
Dalam fase mencintai, ketika seseorang mencintai
seseorang hingga begitu dalam, perasaan cinta kepada seseorang yang bahkan
mengerjakannya untuk beribadah makin rajin. Ternyata dalam obrolan kami,
kondisi tersebut kami nilai dari sudut pandang yang lain, adalah sesuatu hal
yang bisa jadi kebalikan.
Dalam artikel yang saya baca, dalam hubungan
kepada Allah, tidak ada hijab (penghalang) antara Allah kepada mahluknya (surat
qaf ayat 16). Akan tetapi dari mahluk kepada Allah hijabnya banyak sekali. Dari
sekian banyak itu dikategorikan menjadi dua. Hijab kegelapan dan hijab cahaya.
Hijab kegelapan adalah kemaksiatan dosa dan
sebagainya. Hal ini jelas akan menghalangi manusia kepada Allah. Namun hijab
cahaya seperti apakan itu ?
Analogi paling mudahnya adalah dalam siang yang
terik. Lihatlah matahari, maka kita akan kesulitan melihat wujud matahari itu.
Itulah hijab cahaya. Saking silaunya kita sendiri kesulitan melihatnya. Lantas,
apa hubunganya? Ini bisa dihubungkan dengan cinta kepada lawan jenis.
Nah, hal ini yang menjadi sorotan kami. Bahkan
ketika mencintai seseorang, frekuensi mengingatnya jauh lebih banyak daripada
mengingatNya. Ini bisa jadi awal hijab cahaya. Pun ketika dengan alasan cinta
kepadanya menjadi titik tolak kita berbuat baik dan beribadah. Bisa jadi hijab
cahaya itu sangat terang, sehingga kita tidak lagi beribadah karenaNya, tapi
karena mahluk.
Hal ini, sering terjadi pada pecinta yang menggebu gebu. Mendekati TuhanNya tiba tiba. Berdoa semoga berjodoh. Banyak mengutip alquran di twitter. Namun, dalam fase yang sama, hijab kegelapan juga datang. Berduaan, pegangan tangan, dan sayang sayangan. Bagi para aktivis pacaran garis keras, maka lengkaplah hijab yang menghalanginya dari Allah. Hal yang sama pun bisa terjadi pada aktivis dakwah yang jatuh cinta. Bila tidak segera diobati, orang tersebut bisa menjadi hijab antara dia dan Tuhannya.
Hijab cahaya ini bisa terjadi juga kepada
pasangan yang sudah menikah, namun menikah tentu jauh lebih aman. Dalam buku
yang ditulis oleh putra alm. Hamka sendiri berjudul Ayah, beliau menceritakan
tentang kondisi Hamka sepeninggal istrinya. Hamka membaca quran 5-6 jam
perhari, karena khawatir rasa cinta kepada istrinya jauh lebih besar daripada
rasa cintanya kepada Allah. Beliau khawatir jika rasa cinta kepada istrinya itu
justru menjadi hijab antara beliau dan Allah.
Dalam kondisi orang saleh pun seperti itu,
apalagi kondisi kita saat ini yang masih jauh dari kriteria saleh. Maka sekali
lagi, ketika kamu sedang fase menyukai, jatuh cinta, atau sejenisnya segeralah
halalkan dengan menikah. Apabila ketika shalat, dia terus yang diingat segeralah
bertobat. Jangan sampai hati kita terhalang dari Allah oleh orang lain
Bukankah seharusnya orang lain tersebut menjadi
partner yang baik untuk bersama sama menujuNya, bukan menjadi penghalang
dariNya. Ketaatan kepada imam jangan melebihi ketaatan kepadaNya. Dan imam
bukanlah perantara makmum kepadanya.
Koreksilah perasaanmu kepada seseorang tersebut,
jangan jangan dia justru menjadi hijab antara hatimu kepada Allah. Lepaskan
hijab itu. Jangan takut untuk melepaskanya sebab Allah akan menggantinya dengan
yang lebih baik. Atau justru sebaliknya agar tidak menjadi hijabmu, segera
halalkanlah. Agar bisa menjadi temanmu dalam beribadah bersama sama.
Kurniawan Gunadi
Diambil dari buku harmoni semesta dengan sedikit
suntingan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete